Membudidayakan buah naga sangat
menguntungkan. Itu karena dalam cara budidaya tidak repot. Bahkan,
dengan lahan 2 hektare, laba yang bisa dikantongi mencapai Rp 51 juta
per bulan.
Leon Nahak, yang membudidayakan buah
naga milik A Han, di Desa Pantai Cermin Kiri, Dusun Lima Kuala Lama,
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) menjelaskan, di lahan 2
hektare, dengan jumlah lebih dari 8.000 pokok, penghasilan yang bisa
diraup mencapai Rp 50 jutaan.
Dijelaskannya, buah naga yang
mereka kembangkan saat ini telah berusia lima tahun dan telah
menghasilkan buah sebanyak 3,2 ton setiap bulan. “Buah naga ini tidak
memiliki musim panen. Artinya, dapat berbuah setiap waktu. Sudah setahun
usia tanamannya, dan sudah dapat dipanen dan terus berbuah sepanjang
tahun selama pohon berproduksi hingga 20 tahun ke depan,” kata Leon
kepada MedanBisnis, Minggu (17/3).
Disebutkannya, tanaman buah
naga akan berbuah secara maksimal pada bulan Februari sampai bulan
September setelah itu terjadi penurunan produksi antara 2% hingga 30%
dari bulan Oktober hingga Januari.
Dalam memulai usaha
pengembangan tanaman buah naga ini tidaklah sulit. Karena tumbuhnya
gampang dapat dilempar saja di tanah dan akan tumbuh. Dengan akar
serabut dan mirip kaktus, tanaman ini sangat cocok tumbuh di tanah yang
agak berpasir.
Akar akan tumbuh di usia sekitar satu bulan dan
mulai berbuah sebagai produksi awal di usia 8 hingga 9 bulan. “Yang
penting kita harus membuat buahnya dirawat dengan teliti," jelasnya.
Buah
naga yang mempunyai isi seperti buah kiwi ini, biasanya dijual dengan
harga tolak ke agen seharga Rp 20.000 per kg. Jadi dengan memiliki 8.000
batang di luas lahan tersebut dapat menghasilkan 3,2 ton buah naga yang
siap dipasarkan, karena biasanya dalam sebatang pohon dapat
menghasilkan sebanyak satu kilogram buah naga.
Sedangkan untuk
biaya produksi dalam pengembangan tanaman buah naga tidaklah terlalu
banyak, karena telah membuat pupuk sendiri. “Biaya produksi bisa
mencapai Rp 13 juta untuk upah, bonus yang biasa kami berikan setiap
bulannya untuk 6 orang tenaga kerja dan lainnya,” kata Leon.
Mendapatkan
keuntungan yang besar inilah, menjadi alasan bagi A Han menambah
perluasan lahannya 8 hektare lagi. Sebenarnya, diceritakan Leon lahan
yang kini ditanami buah naga seluas dua hektare dahulunya merupakan
tempat budidaya ayam petelur. Berkat saran dari seorang teman dari
Malaysia, akhirnya pemilik lahan berniat menanam buah naga dan ternyata
keuntungan setelah tanaman berumur 2 tahun melebihi dari bisnis ayam
petelur.
Untuk pemasaran buah naga ini, tidak hanya di Kota Medan
saja tapi hingga luar Sumut. Meski memang permintaan belum banyak
karena buah tersebut tergolong buah mewah dengan harga jual yang tidak
murah. “Dalam setiap 2 hari sekali kita juga memasok buah naga ke salah
satu toko buah di Medan,” pungkasnya.
Memang untuk modal yang
diperlukan relatif besar, namun menurutnya potensi balik modal dari
keuntungan yang diraih juga menjanjikan. "Cepat balik modalnya," katanya
singkat.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai
adalah harus dipersiapkan lahan minimal setengah hektare dengan 500
tiang dan bibit sebanyak 2.000 batang. Harga bibit perbatangnya Rp
10.000. Tiap tiang ditegakkan 4 batang bibit.
"Untuk
mengembangkan buah naga, kami punya program kemitraan, yaitu dengan
membeli bibit dari kami, maka kami bisa membantu dari awal penanaman
hingga bisa berbuah. Kemitraan yang sudah dijalin sejak lama antara lain
dengan pembudidaya di Sibiru-biru, Tuntungan dan Medan. (Sumber : medanbisnisdaily)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar